RESTORATIVE JUSTICE: SAAT HUKUM MENDENGARKAN KORBAN

  • T. Banjar Nahor Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana, Jakarta, Indonesia
Keywords: restorative justice, victim, healing

Abstract

This paper explores restorative justice as a response to the limitations of the conventional criminal justice system, which has traditionally focused more on punishing offenders than on restoring victims. Restorative justice shifts the paradigm by placing victims at the center of the legal process, allowing their voices to be meaningfully heard. This study employs a normative juridical method with a qualitative approach, analyzing legal frameworks, theories, and current practices in Indonesia. The findings indicate that while policies such as the Prosecutor’s Regulation No. 15 of 2020 and the Indonesian National Police Regulation No. 8 of 2021 have opened pathways for restorative justice, practical challenges remain—ranging from institutional resistance and public misunderstanding to potential misuse. Thus, there is a pressing need to strengthen the justice system’s capacity to become more empathetic and victim-centered, emphasizing healing over retribution. impact on the contractor or individual/private legal entity.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Afiah, R. N. (1989). Barang bukti dalam proses pidana. Jakarta: Sinar Grafika.

Afiah, R. N. (1998). Barang bukti dalam proses pidana. Jakarta: Sinar Grafika.

Ashari, A. (2017). Peranan barang bukti dalam proses perkara pidana. Jurnal Al-Hikam, 1(3).

Asshiddiqie, J. (2015). Penguatan sistem pemerintahan dan peradilan. Jakarta: Sinar Grafika.

Baharuddin, H. (2010). Pemikiran mengenai hukum: Sebuah refleksi kritis. Makassar: Nala Cipta Litera.

Brotodiredjo, S. (1997). Pengantar hukum kepolisian umum di Indonesia. Bandung: Yuhesa.

Dianti, F. (2025, Juni 10). Apa perbedaan alat bukti dengan barang bukti? Hukumonline. Diakses dari https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4e8ec99e4d2ae/apa-perbedaan-alat-bukti-dengan-barang-bukti/

Funk, & Wagnalls. (1984). Standard desk dictionary (Vol. 1). New York: Harper & Row Publishers Inc.

Hamzah, A. (2008). Hukum acara pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

Harahap, Y. (2014). Pembahasan permasalahan dan penerapan KUHAP: Penyidikan dan penuntutan. Jakarta: Sinar Grafika.

KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana): Pasal 39, Pasal 46, Pasal 191, dan Pasal 193.

Kuffal, H. M. A. (2013). Barang bukti bukan alat bukti yang sah. Malang: UMM Press.

Lokas, R. (2015, Oktober). Barang bukti dan alat bukti dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Lex et Societatis, 3(9).

Marpaung, L. (1992). Proses penanganan perkara pidana (Bagian Kedua). Jakarta: Sinar Grafika.

Salam, M. F. (2001). Hukum acara pidana dalam teori dan praktek. Jakarta: Sinar Grafika.

Sasangka, H., & Rosita, L. (2003). Hukum pembuktian dalam perkara pidana. Bandung: Mandar Maju.

Sunny, I. (1982). Mencari keadilan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Pasal 6 ayat (2).

Wikipedia. (2025, Juni 18). Kota Pekanbaru, sejarah. Diakses dari http://wikipedia.com/2000/09/pengertian-definisi-sejarah.html

Published
2025-06-30
How to Cite
Nahor, T. B. (2025). RESTORATIVE JUSTICE: SAAT HUKUM MENDENGARKAN KORBAN. Collegium Studiosum Journal, 8(1), 141-147. https://doi.org/10.56301/csj.v8i1.1621